Bab
I
Pendahuluan
Bimbingan
konseling Islam adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor
kepada klien agar mampu hidup selaras dengan ketentuan Allah Swt, untuk
mendapatkan kebehagian dunia dan akhirat. Penyelenggaraan layanan bimbingan konseling
dituntut untuk memenuhi sejumlah azas bimbingan.
Pemenuhan
azas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan menjamin keberhasilan layanan,
sehingga dikatakan bahwa asas dalam bimbingan konseling sebagai nafas dari
kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila azas-azas ini tidak berjalan
dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan
tersendat-sendat atau bahkan akan terhenti sama sekali.
Sebagai
calon konselor yang professional dan islami. Penggunaan azas dalam proses
konseling tentu akan mengacu kepada Al-Quran dan hadist. Bagaimana seorang
konselor harus mampu memahami dan mengaplikasiakan azas dari sudut
pandang agama. Dalam malah ini pemakalah akan memaparkan hadist yang berkaitan
dengan azas-azas dalam konseling.
Bab
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Hadits-Hadits Tentang
Azas-Azas Bimbingan Konseling Islami
Azas-azas adalah
prinsip-prinsip yang dijadikan rujukan dalam penyelenggaraan konseling islami dan sebagai akidah, ketentuan
yang diterapkan serta dijadikan landasan dan pedoman penyelenggarannya
konseling islami. Karena islam adalah agama sempurna yang menjadi “ way of life “ dalam menggapai
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Dengan demikian, ada beberapa asas-asas bimbingan konseling islami sebagai
berikut:
1.
Asas saling menghargai dan menghormati
Proses layanan
bimbingan dan konseling adanya hubungan yang terjalin antara klien dan
konselor, dimana antara klien dan konselor saling menghormati dan saling
menghargai.Klien menghormati konselor karena konselor membantu klien dalam
mengentaskan masalah yang dihadapinya, begitupun sebaliknya konselor menghargai
klien dengan membantu mencarikan solusi pada masalah yang dihadapi oleh klien
tersebut.
Prinsip saling menghargai ini telah diajarkan
oleh tuhan, hal ini terdapat pada hadist rasulullah yaitu:
عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ الْمُجَاشِعِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ذَاتَ يَوْمٍ فِي خُطْبَتِهِ أَلَا إِنَّ
رَبِّي أَمَرَنِي أَنْ أُعَلِّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا عَلَّمَنِي يَوْمِي
هَذَا كُلُّ مَالٍ نَحَلْتُهُ عَبْدًا حَلَالٌ وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي
حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ
دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ
يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا وَإِنَّ اللَّهَ نَظَرَ إِلَى
أَهْلِ الْأَرْضِ فَمَقَتَهُمْ عَرَبَهُمْ وَعَجَمَهُمْ إِلَّا بَقَايَا مِنْ
أَهْلِ الْكِتَابِ وَقَالَ إِنَّمَا بَعَثْتُكَ لِأَبْتَلِيَكَ وَأَبْتَلِيَ بِكَ
وَأَنْزَلْتُ عَلَيْكَ كِتَابًا لَا يَغْسِلُهُ الْمَاءُ تَقْرَؤُهُ نَائِمًا
وَيَقْظَانَ وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أُحَرِّقَ قُرَيْشًا فَقُلْتُ رَبِّ
إِذًا يَثْلَغُوا رَأْسِي فَيَدَعُوهُ خُبْزَةً قَالَ اسْتَخْرِجْهُمْ كَمَا اسْتَخْرَجُوكَ
وَاغْزُهُمْ نُغْزِكَ وَأَنْفِقْ فَسَنُنْفِقَ عَلَيْكَ وَابْعَثْ جَيْشًا
نَبْعَثْ خَمْسَةً مِثْلَهُ وَقَاتِلْ بِمَنْ أَطَاعَكَ مَنْ عَصَاكَ قَالَ
وَأَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ
وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ وَعَفِيفٌ
مُتَعَفِّفٌ ذُو [رواه مسلم]
“Dari Iyadh bin Himar Al Mujasyi'i Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa Salam bersabda pada suatu hari dalam khutbah beliau:
"Sesungguhnya Rabbku memerintahkanku untuk mengajarkan yang tidak kalian
ketahui yang Ia ajarkan padaku pada hari ini: 'Semua harta yang Aku berikan
pada hamba itu halal, sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan
lurus semuanya, mereka didatangi oleh setan lalu dijauhkan dari agama mereka, setan
mengharamkan yang Aku halalkan pada mereka dan memerintahkan mereka agar
menyekutukanKu yang tidak Aku turunkan kuasanya.' Sesungguhnya Allah memandang
penduduk bumi lalu Allah membenci mereka, arab maupun ajam, kecuali sisa-sisa
dari ahli kitab, Ia berfirman: 'Sesungguhnya aku mengutusmu untuk mengujiMu dan
denganMu Aku menguji, Aku menurunkan kitab padamu yang tidak basah oleh air,
kau membacanya dalam keadaan tidur dan terjaga.' Sesungguhnya Allah
memerintahkanku untuk membakar kaum Quraisy lalu aku berkata: 'Wahai Rabb,
kalau begitu mereka akan memecahkan kepalaku lalu mereka membiarkannya
menjamur.' Ia berfirman: 'Usirlah mereka sebagaimana mereka mengusirmu,
perangilah mereka niscaya Kami akan membantumu, berinfaklah niscaya Kami akan
menggantinya, utuslah bala tentara niscaya Kami akan mengirim lima kali
sepertinya, perangilah orang yang mendurhakaimu bersama orang yang
menaatimu." Beliau meneruskan: "Penghuni surga itu ada tiga; pemilik
kekuasaan yang sederhana, derma dan penolong, seorang yang berbelas kasih,
berhati lunak kepada setiap kerabat dan orang muslim yang sangat menjaga diri
dan memiliki tanggungan.”
Hadist
diatas menerangkan bahwa manusia itu diciptakan dalam keadaan yang lurus, namun
setanlah yang menyesatkan manusia untuk melakukan tindakan yang diharamkan oleh
allah, dan rasulullah juga mengatakan bahwa salah satu orang yang akan menghuni
syurga itu adalah seorang yang berbelas kasih, berhati lunak kepada setiap
kerabat dan orang muslim yang sangat menjaga diri dan memiliki tanggungan. Implikasi pada
bimbingan dan konseling yaitu proses konseling seorang konselor menghargai dan
menghormati klien dengan berempati atau berbelas kasih setiap permasalahan yang
dihadapinya. Dan membantu klin untuk mengentaskan masalah yang dihadapinya.
2. Azas
keahlian (Professional)
Pelaksanaan
layanan bimbingan konseling dilaksanankan oleh tenaga-tenaga ahli (konselor)
yang telah dididik untuk menyelenggarakan kegiatan koseling. Asas keahlian
secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik dan alat
(instrumentasi bimbingan dan konseling). Keberhasilan suatu perkerjaan akan
banyak tergantung pada keahlian orang yang dilakukannya. Konseling islami
pelaksanaannya tidak akan membuahkan hasil jika para konselor tidak memiliki keahlian
khusus.
Hal
ini juga dijelaskan dalam bimbingan konseling Islam sebagaimana tertera dalam
hadits Rasulullah di bawah ini:
نْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَال بَيْنَمَا النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ
أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ
مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ
قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ
إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ
السَّاعَةَ
“Dari Abu Hurairah
berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berada dalam suatu majelis
membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya:
"Kapan datangnya hari kiamat?" Namun Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada yang
berkata; "beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai
apa yang dikatakannya itu, " dan ada pula sebagian yang mengatakan;
"bahwa beliau tidak mendengar perkataannya." Hingga akhirnya Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata:
"Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?" Orang itu
berkata: "saya wahai Rasulullah!". Maka Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya
kiamat". Orang itu bertanya: "Bagaimana hilangnya amanat itu?"
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Jika urusan diserahkan bukan
kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat".”(Hr. Bukhori)
Implikasi antara
hadist dengan bimbingan dan konseling yaitu, pelaksanaan bimbingan dan
konseling tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang, pelaksanaan bimbingan
konseling harus dilakukan oleh tenaga ahli. Sesuai dengan pernyataan
Prayitno dalam bukunya”usaha bimbingan konseling harus dilakukan azas keahlian
secara teratur dan sistematik, dengan menggunakan prosedur dan alat memadai”.
3.
Azas kerahasiaan
proses konseling harus menyentuh jati diri
seorang klien bersangkutan dan yang paling mengetahui keadannya adalah dirinya
sendiri. Sedangkan seorang klien merasa sebuah masalahnya dipandang sebagai
suatu hal yang sifatnya rahasia. Sementara ia tidak dapat menyelesaikannya secara
mandiri, sehingga ia harus memerlukan bantuan orang yang lebih mampu.
Maka seorang klien menghadapi dua masalah
yakni masalah sebelum masalah proses konseling dan masalah yang berkenaan
dengan penyelesaiannya. Pandangan konseling yang menganggap baahwa masalah
merupakan aib.
Sehubungan dengan masalah ini, islam member
tekanan pada penjagaan rahasia dalam pergaulan hidup sehari-hari. Untuk itu
Islam menjadikan pahala bagi orang yang dapat menjaga rahasia saudaranya dan
mencela seseorang karena tidak mau menjaga rahasia atau membeberkan aib
saudaranya.
Hal
ini juga dijelaskan dalam bimbingan konseling Islam sebagaimana tertera dalam
hadits Rasulullah di bawah ini:
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ
مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً
مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ
عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ
فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ
فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ
اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ
مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ
إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ
وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ
بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُ
[رواه مسلم]
“Dari Abu Hurairah dia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Barang siapa
membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan
membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan
kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan
di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan
menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya
selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh
jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya.
Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca
Al Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi
para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat
yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya
tidak juga meninggikannya”.
Hadits diatas
menerangkan bahwa sesama muslim harus saling menolong dalam kesulitan, menjaga
dan menutup aib sesama muslim maka allah juga akan menolong dan menjaga aib di
dunia dan akhirat.Implikasi dengan bimbingan dan konseling yaitu bagaimana
seorang konselor membantu klien dalam menghadapi dan mengentaskan masalah yang
dihadapi oleh klien, dan konselor juga menjaga semua rahasia dan aib dari
klien.
Menjaga rahasia klien
merupakan kunci dalam pelaksanaan bimbingan konseling. Sebagaimana janji
seorang konselor yaitu ; “ saya…menyatakan bahwa saya sanggup dan bersedia
menerima, menyimpan, memelihara, menjaga, dan merahasiakan segala data dan atau
keterangan yang saya terima, baik dari klien saya atau dari siapapun juga, yaiu
data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.
4. Asas kemandirian dan kenormatifan
Asas kenormatifan yaitu asas yang menghendaki agar segenap
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik
norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan
kebiasaan – kebiasaan yang berlaku.
Asas kemandirian asas yang menunjukkan pada tujuan umum
bimbingan dan konseling yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran
layanan/kegiatan bimbingan dan konseling diharapkan menjadi
individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri
sendiri.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى
اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا
يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا
تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ
وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ[رواه مسلم]
“Dari Abu Hurairah dia
berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Orang mukmin
yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta 'ala
daripada orang mukmin yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat kebaikan.
Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan
kepada Allah Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila
kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan; 'Seandainya
tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan
begitu'. Tetapi katakanlah; 'lni sudah takdir Allah dan apa yang
dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law'
(seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan syetan.”
Hadits diatas
rasullullah mengatakan allah mencintai mukmin yang kuat dari pada mukmin yang
lemah. Seorang mukmin itu tidak boleh lemah, dan minta pertolongan pada allah.
Dan jika mengalami suatu cobaan janagnlah menyesalinya. Implikasi dengan
bimbingan dan konseling yaitu seorang konselor harus mampu menjadikan klien
mandiri dan menjadikan klien itu kuat terhadap masalah yang dihadapinya.
-[][][\]=-pl,
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً
تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ َحْسَنَّا وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا وَلَكِنْ
وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا وَإِنْ أَسَاءُوا
فَلَا تَظْلِمُوا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيث حَسَنٌ غَرِيبٌ [رواه
الترمذي]
“Dari Hudzaifah ia
berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah
kalian menjadi orang yang suka mengekor orang lain. Jika manusia menjadi baik,
maka kami juga akan berbuat baik. Dan jika mereka berbuat zhalim, maka kami
juga akan berbuat zhalim.' Akan tetapi mantapkanlah hati kalian, jika manusia
berbuat baik kalian juga berbuat baik, namun jika mereka berlaku buruk,
janganlah kalian berbuat zhalim." Berkata Abu Isa: Ini merupakan hadits
hasan gharib tidak kami ketahui kecuali melalui jalur ini.”
Hadits diatas
menjelaskan bahwa janaglah menjadi manusia yang mengekor, maksudnya ketika
orang lain baik, maka menjadi baik, dan ketika manusia menjadi buruk, maka
menjadi buruk. Implikasi dengan konseling yaitu seorang konselor berusaha
mengubah tingkah laku klien yang sebelumnya buruk menjadi baik, dan yang
awalnya baik dipertahankan. Konselor mampu untuk memandirikan klien untuk
mengambil keputusan dalam tindakannya dan meneguhkan hasrat seorang klien untuk
senantiasa percaya pada diri sendiri dan tidak menjadi seseorang yang bimbang.
5. Azas
keterbukaan dan kejujuran
Azas
keterbukaan dan kejujuran merupakan azas penting bagi konselor atau guru
pembimbing karena hubungan tatap muka antara konselor dengan klien merupakan
pertemuan batin tanpa ada yang ditutup-tutupi. dengan adanya
keterbukaan ini dapat ditumbuhkan kecendrungan pada klien untuk membuka
dirinya, untuk membuka kedok hidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan
psikisnya.
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ
لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ
لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ
لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ [رواه أبو داود]
“Dari Abu Umamah ia
berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku akan
menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan
meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang
meninggalkan kedustaan meskipun bershifat gurau, Dan aku juga menjamin rumah di
syurga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik.”
Hadits diatas
menerangkan bahwa agar meninggalkan perdebatan, karena pada hakikatnya
perdebatan itu tidak ada habisnya dan sering berakhir dengan perkelahian,
meningalkan kedustaan walaupun itu dalam bercanda sebagai seorang muslim allah
melarang untuk berdusta dan allah akan meninggikan orang-orang yang berakhlak
baik.
Implikasi dengan bimbingan
dan konseling keterbukaan dan kejujuran sangat penting dalam proses konseling,
baik itu dari konselornya maupun klien itu sendiri. Klien yang menceritakan
secara terbuka dan jujur akan memudahkan konselor untuk mengetahui masalah yang
sedang dihadapinya dan akan mempermudah dalam mengentaskan masalah yang
dihadapi oleh klien.
Hadits lain yang
menjelaskan tentang keharusan dalam berlaku jujur yaitu :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِبن
مسعود قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ
بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي
إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى
يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ
يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ
اللَّهِ كَذَّابًا[رواه مسلم]
“Dari Syaqiq dari
'Abdullah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
'Kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada
kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa
berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang
jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring
kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang
senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai
pendusta di sisi Alla”.
Hadist diatas
menerangkan bahwa keharusan dalam berlaku jujur, karena dengan kejujuran akan
membimbing kepada kebaikan. Dengan kata lain seseorang yang enantia jujur baik
itu pada didir sendiri dan kepada orang lain akan membing seseorang tersebut
kepada kebaikan, dan dengan kebaikan itu akan membimbing ke surga, dan
hendaklah untuk menjauhi dusta, arena dusta akan membawa ke neraka.
Implikasi dengan
bimbingan konseling yaitu dalam proses konseling, seorang konselor hendaklah
berlaku jujur, sehingga klien yang dihadapi juga jujur terhadap kondisinya,
sehingga proses konseling dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang diharapkan
dan nantinya akan tercapainya tujuan dalam proses bimbingan dan konseling.
Adapun hadits lain
juga menjelaskan mengenai hal ini adalah sebgai berikut:
عَنْ أُمِّ كُلْثُومٍ
بِنْتِ عُقْبَةَ قَالَتْ مَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَخِّصُ فِي شَيْءٍ مِنْ الْكَذِبِ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا أَعُدُّهُ
كَاذِبًا الرَّجُلُ يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ يَقُولُ الْقَوْلَ وَلَا يُرِيدُ
بِهِ إِلَّا الْإِصْلَاحَ وَالرَّجُلُ يَقُولُ فِي الْحَرْبِ وَالرَّجُلُ
يُحَدِّثُ امْرَأَتَهُ وَالْمَرْأَةُ َ تُحَدِّثُ زَوْجَهَا [رواه ابو
داود]
”Dari ibunya Ummu
Kultsum binti Uqbah ia berkata, "Aku tidak pernah mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam memberi keringanan untuk berbohong kecuali pada tiga
tempat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: "Aku tidak
menganggapnya sebagai seorang pembohong; seorang laki-laki yang memperbaiki
hubungan antara manusia. Ia mengatakan suatu perkataan (bohong), namun ia tidak
bermaksud dengan perkataan itu kecuali untuk mendamaikan. Seorang laki-laki
yang berbohong dalam peperangan. Dan seorang laki-laki yang berbohong kepada
isteri atau isteri yang berbohong kepada suami (untuk kebaikan).
Hadits diatas
menerangkan bahwa adanya keringanan untuk berbohong dalam hal berbohong untuk
mendamaikan, berbohong dalam peperangan, dan berbohong diantara suami istri
untuk kebaikan.
Implikasi dengan
bimbingan dan konseling yaitu seorang konselor dalam pelaksanaan konseling
dapat berbohong dalam hal positif yang bertujuan untuk klien itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penyelenggaraan layanan bimbingan konseling
dituntut untuk memenuhi sejumlah azas bimbingan. Pemenuhan azas bimbingan itu
akan memperlancar pelaksanaan dan menjamin keberhasilan layanan, sehingga
dikatakan bahwa azas dalam bimbingan konseling sebagai nafas dari kehidupan
layanan bimbingan dan konseling.
Ada beberapa macam-macam azas yang terdapat di
bimbingan konseling islami yaitu:
1.
Azas saling
menghargai dan menghormati
2.
Azas Keahlian
(Professional)
3.
Azas Kerahasiaan
4.
Asas Kemandirian Dan
Kenormatifan
5.
Azas Keterbukaan Dan
Kejujuran
Pelaksanan konseling
harus menggunakan asas yang telah di tetapkan dan juga azas yang berlandaskan
kepada Al-quran dan hadits untuk kemaslahatan baik itu konselor dan klien.
B.
Saran
Seorang konselor harus mampu dalam
mengaplikasikan azas dalam yang berlandaskan pada Al-Quran dan hadist dalam
proses pelaksanaan konseling nantinya. Demikianlah makalah ini penulis buat,
penulis menyadari banyak kesalahan dalam pengetikan dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Saiful Akhayar.2015. Konseling Islami Dalam Komunitas Pesantren.
Jakarta:Citapustaka
Prayitno. 1990. Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta
Abu Daud.1992. Sunan Abi Daud. Semarang: PT.CV.
Asy-Syifa’.
At-Tirmidzi. 1992. Sunan At-Tirmidzi. Semarang: PT.CV.
Asy-Syifa’.
Al-Bukhari. 1992. Shahih Bukhari. Semarang: PT.CV.
Asy-Syifa’.
http//ikadinikartika, hadist konseling, com