Rabu, 16 November 2016

HADIST KONSELING ISLAMI



Bab I
Pendahuluan
Bimbingan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien agar mampu hidup selaras dengan ketentuan Allah Swt, untuk mendapatkan kebehagian dunia dan akhirat. Penyelenggaraan layanan bimbingan konseling dituntut untuk memenuhi sejumlah azas bimbingan.
Pemenuhan azas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan menjamin keberhasilan layanan, sehingga dikatakan bahwa asas dalam bimbingan konseling sebagai nafas dari kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila azas-azas ini tidak berjalan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan akan terhenti sama sekali.
Sebagai calon konselor yang professional dan islami. Penggunaan azas dalam proses konseling tentu akan mengacu kepada Al-Quran dan hadist. Bagaimana seorang konselor harus mampu memahami dan mengaplikasiakan  azas dari sudut pandang agama. Dalam malah ini pemakalah akan memaparkan hadist yang berkaitan dengan azas-azas dalam konseling.











Bab II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Hadits-Hadits Tentang Azas-Azas Bimbingan Konseling Islami
Azas-azas adalah prinsip-prinsip yang dijadikan rujukan dalam penyelenggaraan  konseling islami dan sebagai akidah, ketentuan yang diterapkan serta dijadikan landasan dan pedoman penyelenggarannya konseling islami. Karena islam adalah agama sempurna yang menjadi “ way of life “ dalam menggapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Dengan demikian, ada beberapa  asas-asas bimbingan konseling islami sebagai berikut:
1.      Asas saling menghargai dan menghormati
Proses layanan bimbingan dan konseling adanya hubungan yang terjalin antara klien dan konselor, dimana antara klien dan konselor saling menghormati dan saling menghargai.Klien menghormati konselor karena konselor membantu klien dalam mengentaskan masalah yang dihadapinya, begitupun sebaliknya konselor menghargai klien dengan membantu mencarikan solusi pada masalah yang dihadapi oleh klien tersebut.
Prinsip saling menghargai ini telah diajarkan oleh tuhan, hal ini terdapat pada hadist rasulullah yaitu:
عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ الْمُجَاشِعِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ذَاتَ يَوْمٍ فِي خُطْبَتِهِ أَلَا إِنَّ رَبِّي أَمَرَنِي أَنْ أُعَلِّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا عَلَّمَنِي يَوْمِي هَذَا كُلُّ مَالٍ نَحَلْتُهُ عَبْدًا حَلَالٌ وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا وَإِنَّ اللَّهَ نَظَرَ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ فَمَقَتَهُمْ عَرَبَهُمْ وَعَجَمَهُمْ إِلَّا بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَقَالَ إِنَّمَا بَعَثْتُكَ لِأَبْتَلِيَكَ وَأَبْتَلِيَ بِكَ وَأَنْزَلْتُ عَلَيْكَ كِتَابًا لَا يَغْسِلُهُ الْمَاءُ تَقْرَؤُهُ نَائِمًا وَيَقْظَانَ وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أُحَرِّقَ قُرَيْشًا فَقُلْتُ رَبِّ إِذًا يَثْلَغُوا رَأْسِي فَيَدَعُوهُ خُبْزَةً قَالَ اسْتَخْرِجْهُمْ كَمَا اسْتَخْرَجُوكَ وَاغْزُهُمْ نُغْزِكَ وَأَنْفِقْ فَسَنُنْفِقَ عَلَيْكَ وَابْعَثْ جَيْشًا نَبْعَثْ خَمْسَةً مِثْلَهُ وَقَاتِلْ بِمَنْ أَطَاعَكَ مَنْ عَصَاكَ قَالَ وَأَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو [رواه مسلم]

“Dari Iyadh bin Himar Al Mujasyi'i Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda pada suatu hari dalam khutbah beliau: "Sesungguhnya Rabbku memerintahkanku untuk mengajarkan yang tidak kalian ketahui yang Ia ajarkan padaku pada hari ini: 'Semua harta yang Aku berikan pada hamba itu halal, sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan lurus semuanya, mereka didatangi oleh setan lalu dijauhkan dari agama mereka, setan mengharamkan yang Aku halalkan pada mereka dan memerintahkan mereka agar menyekutukanKu yang tidak Aku turunkan kuasanya.' Sesungguhnya Allah memandang penduduk bumi lalu Allah membenci mereka, arab maupun ajam, kecuali sisa-sisa dari ahli kitab, Ia berfirman: 'Sesungguhnya aku mengutusmu untuk mengujiMu dan denganMu Aku menguji, Aku menurunkan kitab padamu yang tidak basah oleh air, kau membacanya dalam keadaan tidur dan terjaga.' Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membakar kaum Quraisy lalu aku berkata: 'Wahai Rabb, kalau begitu mereka akan memecahkan kepalaku lalu mereka membiarkannya menjamur.' Ia berfirman: 'Usirlah mereka sebagaimana mereka mengusirmu, perangilah mereka niscaya Kami akan membantumu, berinfaklah niscaya Kami akan menggantinya, utuslah bala tentara niscaya Kami akan mengirim lima kali sepertinya, perangilah orang yang mendurhakaimu bersama orang yang menaatimu." Beliau meneruskan: "Penghuni surga itu ada tiga; pemilik kekuasaan yang sederhana, derma dan penolong, seorang yang berbelas kasih, berhati lunak kepada setiap kerabat dan orang muslim yang sangat menjaga diri dan memiliki tanggungan.”

Hadist diatas menerangkan bahwa manusia itu diciptakan dalam keadaan yang lurus, namun setanlah yang menyesatkan manusia untuk melakukan tindakan yang diharamkan oleh allah, dan rasulullah juga mengatakan bahwa salah satu orang yang akan menghuni syurga itu adalah seorang yang berbelas kasih, berhati lunak kepada setiap kerabat dan orang muslim yang sangat menjaga diri dan memiliki tanggungan. Implikasi pada bimbingan dan konseling yaitu proses konseling seorang konselor menghargai dan menghormati klien dengan berempati atau berbelas kasih setiap permasalahan yang dihadapinya. Dan membantu klin untuk mengentaskan masalah yang dihadapinya.

2.      Azas keahlian (Professional)
Pelaksanaan layanan bimbingan konseling dilaksanankan oleh tenaga-tenaga ahli (konselor) yang telah dididik untuk menyelenggarakan kegiatan koseling. Asas keahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik dan alat (instrumentasi bimbingan dan konseling). Keberhasilan suatu perkerjaan akan banyak tergantung pada keahlian orang yang dilakukannya. Konseling islami pelaksanaannya tidak akan membuahkan hasil jika para konselor tidak memiliki keahlian khusus.
Hal ini juga dijelaskan dalam bimbingan konseling Islam sebagaimana tertera dalam hadits Rasulullah di bawah ini:

نْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَال بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

“Dari Abu Hurairah berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya: "Kapan datangnya hari kiamat?" Namun Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata; "beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu, " dan ada pula sebagian yang mengatakan; "bahwa beliau tidak mendengar perkataannya." Hingga akhirnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata: "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?" Orang itu berkata: "saya wahai Rasulullah!". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat". Orang itu bertanya: "Bagaimana hilangnya amanat itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat".”(Hr. Bukhori)

Implikasi antara hadist dengan bimbingan dan konseling yaitu, pelaksanaan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang, pelaksanaan bimbingan konseling harus dilakukan oleh tenaga ahli. Sesuai dengan pernyataan Prayitno dalam bukunya”usaha bimbingan konseling harus dilakukan azas keahlian secara teratur dan sistematik, dengan menggunakan prosedur dan alat memadai”.

3.      Azas kerahasiaan
proses konseling harus menyentuh jati diri seorang klien bersangkutan dan yang paling mengetahui keadannya adalah dirinya sendiri. Sedangkan seorang klien merasa sebuah masalahnya dipandang sebagai suatu hal yang sifatnya rahasia. Sementara ia tidak dapat menyelesaikannya secara mandiri, sehingga ia harus memerlukan bantuan orang yang lebih mampu.
Maka seorang klien menghadapi dua masalah yakni masalah sebelum masalah proses konseling dan masalah yang berkenaan dengan penyelesaiannya. Pandangan konseling yang menganggap baahwa masalah merupakan aib.
Sehubungan dengan masalah ini, islam member tekanan pada penjagaan rahasia dalam pergaulan hidup sehari-hari. Untuk itu Islam menjadikan pahala bagi orang yang dapat menjaga rahasia saudaranya dan mencela seseorang karena tidak mau menjaga rahasia atau membeberkan aib saudaranya.
Hal ini juga dijelaskan dalam bimbingan konseling Islam sebagaimana tertera dalam hadits Rasulullah di bawah ini:
عَن أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُ  [رواه مسلم]                               
“Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Al Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya”.

Hadits diatas menerangkan bahwa sesama muslim harus saling menolong dalam kesulitan, menjaga dan menutup aib sesama muslim maka allah juga akan menolong dan menjaga aib di dunia dan akhirat.Implikasi dengan bimbingan dan konseling yaitu bagaimana seorang konselor membantu klien dalam menghadapi dan mengentaskan masalah yang dihadapi oleh klien, dan konselor juga menjaga semua rahasia dan aib dari klien.
Menjaga rahasia klien merupakan kunci dalam pelaksanaan bimbingan konseling. Sebagaimana janji seorang konselor yaitu ; “ saya…menyatakan bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, memelihara, menjaga, dan merahasiakan segala data dan atau keterangan yang saya terima, baik dari klien saya atau dari siapapun juga, yaiu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.

4.        Asas kemandirian dan kenormatifan
Asas kenormatifan yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan,  dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku.  
Asas kemandirian asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan  bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ[رواه مسلم]
Dari Abu Hurairah dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta 'ala daripada orang mukmin yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan; 'Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu'. Tetapi katakanlah; 'lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law' (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan syetan.”

Hadits diatas rasullullah mengatakan allah mencintai mukmin yang kuat dari pada mukmin yang lemah. Seorang mukmin itu tidak boleh lemah, dan minta pertolongan pada allah. Dan jika mengalami suatu cobaan janagnlah menyesalinya. Implikasi dengan bimbingan dan konseling yaitu seorang konselor harus mampu menjadikan klien mandiri dan menjadikan klien itu kuat terhadap masalah yang dihadapinya.
 -[][][\]=-pl,
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ َحْسَنَّا وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيث حَسَنٌ غَرِيبٌ [رواه الترمذي]                                                                                                            
Dari Hudzaifah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian menjadi orang yang suka mengekor orang lain. Jika manusia menjadi baik, maka kami juga akan berbuat baik. Dan jika mereka berbuat zhalim, maka kami juga akan berbuat zhalim.' Akan tetapi mantapkanlah hati kalian, jika manusia berbuat baik kalian juga berbuat baik, namun jika mereka berlaku buruk, janganlah kalian berbuat zhalim." Berkata Abu Isa: Ini merupakan hadits hasan gharib tidak kami ketahui kecuali melalui jalur ini.”

Hadits diatas menjelaskan bahwa janaglah menjadi manusia yang mengekor, maksudnya ketika orang lain baik, maka menjadi baik, dan ketika manusia menjadi buruk, maka menjadi buruk. Implikasi dengan konseling yaitu seorang konselor berusaha mengubah tingkah laku klien yang sebelumnya buruk menjadi baik, dan yang awalnya baik dipertahankan. Konselor mampu untuk memandirikan klien untuk mengambil keputusan dalam tindakannya dan meneguhkan hasrat seorang klien untuk senantiasa percaya pada diri sendiri dan tidak menjadi seseorang yang bimbang.

5.      Azas keterbukaan dan kejujuran
Azas keterbukaan dan kejujuran merupakan azas penting bagi konselor atau guru pembimbing karena hubungan tatap muka antara konselor dengan klien merupakan pertemuan  batin tanpa ada yang ditutup-tutupi. dengan adanya keterbukaan ini dapat ditumbuhkan kecendrungan pada klien untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok hidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan psikisnya.

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ [رواه أبو داود]
Dari Abu Umamah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bershifat gurau, Dan aku juga menjamin rumah di syurga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik.”

Hadits diatas menerangkan bahwa agar meninggalkan perdebatan, karena pada hakikatnya perdebatan itu tidak ada habisnya dan sering berakhir dengan perkelahian, meningalkan kedustaan walaupun itu dalam bercanda sebagai seorang muslim allah melarang untuk berdusta dan allah akan meninggikan orang-orang yang berakhlak baik.
Implikasi dengan bimbingan dan konseling keterbukaan dan kejujuran sangat penting dalam proses konseling, baik itu dari konselornya maupun klien itu sendiri. Klien yang menceritakan secara terbuka dan jujur akan memudahkan konselor untuk mengetahui masalah yang sedang dihadapinya dan akan mempermudah dalam mengentaskan masalah yang dihadapi oleh klien.

Hadits lain yang menjelaskan tentang keharusan dalam berlaku jujur yaitu :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِبن مسعود قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا[رواه مسلم]
Dari Syaqiq dari 'Abdullah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Alla”.

Hadist diatas menerangkan bahwa keharusan dalam berlaku jujur, karena dengan kejujuran akan membimbing kepada kebaikan. Dengan kata lain seseorang yang enantia jujur baik itu pada didir sendiri dan kepada orang lain akan membing seseorang tersebut kepada kebaikan, dan dengan kebaikan itu akan membimbing ke surga, dan hendaklah untuk menjauhi dusta, arena dusta akan membawa ke neraka.
Implikasi dengan bimbingan konseling yaitu dalam proses konseling, seorang konselor hendaklah berlaku jujur, sehingga klien yang dihadapi juga jujur terhadap kondisinya, sehingga proses konseling dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang diharapkan dan nantinya akan tercapainya tujuan dalam proses bimbingan dan konseling.

Adapun hadits lain juga menjelaskan mengenai hal ini adalah sebgai berikut:

عَنْ أُمِّ كُلْثُومٍ بِنْتِ عُقْبَةَ قَالَتْ مَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَخِّصُ فِي شَيْءٍ مِنْ الْكَذِبِ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا أَعُدُّهُ كَاذِبًا الرَّجُلُ يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ يَقُولُ الْقَوْلَ وَلَا يُرِيدُ بِهِ إِلَّا الْإِصْلَاحَ وَالرَّجُلُ يَقُولُ فِي الْحَرْبِ وَالرَّجُلُ يُحَدِّثُ امْرَأَتَهُ وَالْمَرْأَةُ َ تُحَدِّثُ زَوْجَهَا [رواه ابو داود]                                     

”Dari ibunya Ummu Kultsum binti Uqbah ia berkata, "Aku tidak pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi keringanan untuk berbohong kecuali pada tiga tempat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: "Aku tidak menganggapnya sebagai seorang pembohong; seorang laki-laki yang memperbaiki hubungan antara manusia. Ia mengatakan suatu perkataan (bohong), namun ia tidak bermaksud dengan perkataan itu kecuali untuk mendamaikan. Seorang laki-laki yang berbohong dalam peperangan. Dan seorang laki-laki yang berbohong kepada isteri atau isteri yang berbohong kepada suami (untuk kebaikan).

Hadits diatas menerangkan bahwa adanya keringanan untuk berbohong dalam hal berbohong untuk mendamaikan, berbohong dalam peperangan, dan berbohong diantara suami istri untuk kebaikan. Implikasi dengan bimbingan dan konseling yaitu seorang konselor dalam pelaksanaan konseling dapat berbohong dalam hal positif yang bertujuan untuk klien itu sendiri.















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Penyelenggaraan layanan bimbingan konseling dituntut untuk memenuhi sejumlah azas bimbingan. Pemenuhan azas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan menjamin keberhasilan layanan, sehingga dikatakan bahwa azas dalam bimbingan konseling sebagai nafas dari kehidupan layanan bimbingan dan konseling.
Ada beberapa macam-macam azas yang terdapat di bimbingan konseling islami yaitu:
1.      Azas saling menghargai dan menghormati
2.      Azas Keahlian (Professional)
3.      Azas Kerahasiaan
4.      Asas Kemandirian Dan Kenormatifan
5.      Azas Keterbukaan Dan Kejujuran
Pelaksanan konseling harus menggunakan asas yang telah di tetapkan dan juga azas yang berlandaskan kepada Al-quran dan hadits untuk kemaslahatan baik itu konselor dan klien.
B.     Saran
Seorang konselor harus mampu dalam mengaplikasikan azas dalam yang berlandaskan pada Al-Quran dan hadist dalam proses pelaksanaan konseling nantinya. Demikianlah makalah ini penulis buat, penulis menyadari banyak kesalahan dalam pengetikan dalam makalah ini.








DAFTAR PUSTAKA
Saiful Akhayar.2015. Konseling Islami Dalam Komunitas Pesantren. Jakarta:Citapustaka
Prayitno. 1990.  Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta
Abu Daud.1992. Sunan Abi Daud. Semarang: PT.CV. Asy-Syifa’.
At-Tirmidzi. 1992. Sunan At-Tirmidzi. Semarang: PT.CV. Asy-Syifa’.
Al-Bukhari. 1992. Shahih Bukhari. Semarang: PT.CV. Asy-Syifa’.
http//ikadinikartika, hadist konseling, com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar